Kamis, Februari 21, 2008

Aset Yang Terabaikan


Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (St. Paul)


Li Pai adalah seorang bocah yang suka bermalas-malasan dalam belajar. Ia lebih senang bermain-main daripada menghabiskan waktunya untuk membaca atau menulis. Suatu hari, saat gurunya tidak masuk, Li Pai keluar dari kelas dan pergi bermain-main di tepi sungai. Ketika hendak menangkap ikan, ia melihat seorang nenek sedang memusatkan perhatiannya pada sebatang besi yang diasahnya di atas sebuah batu. Selama setengah hari, Li Pai memperhatikan nenek tersebut bekerja namun si nenek tetap saja mengasah batang besi tersebut. Li Pai menjadi sangat bingung. Penuh rasa penasaran, Li Pai pun bertanya, “Nenek sedang apa?”

Nenek yang sudah tua itu pun menjawab, “Saya sedang mengasah sebuah jarum untuk menyulam.” “Mengasah jarum? Batang besi sedemikian besarnya, mau diasah sampai kapan?” kata Li Pai penuh rasa heran. “Benar, nak!” ujar nenek sambil mengangkat kepala dan memandang Li Pai, “walaupun batang besi ini besar, namun jika terus diasah akan menjadi semakin kecil. Asalkan saya tidak berhenti mengasah, batang besi ini pasti akan menjadi jarum.” Mendengar itu, terbukalah mata hati Li Pai. Ia menjadi sadar betapa seringnya ia membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Saat itu juga ia mengambil komitmen untuk lebih tekun dalam belajar. Puluhan tahun kemudian ia pun dikenal sebagai seorang penyair besar.

Cerita tentang Li Pai ini seakan hendak “menyindir” begitu banyak umat manusia di muka bumi ini. Bagaimana tidak, terlalu sering kita menghabis-habiskan waktu dan energi kita untuk hal-hal yang tidak produktif. Mulai dari sekadar tidur berlama-lama, melamun hingga berjalan-jalan tanpa tujuan yang pasti. Sebagian orang barangkali menyadari kesia-siaan tersebut namun tampaknya sebagian besar sama sekali tidak menyadarinya.

Salah satu aset berharga demi meraih kesuksesan hidup adalah waktu yang diberikan Tuhan kepada manusia. Selama kita masih hidup, kita selalu punya peluang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Saya rasa, Tuhan sangat adil karena semua manusia diberikan waktu 24 jam sehari. Bukankah tidak ada manusia yang diberikan waktu 23,5 jam sehari atau 25 jam sehari? Semua diberikan waktu yang sama namun bagaimana kita memanfaatkannya sepenuhnya tergantung kita.

Dalam berbagai seminar dan training saya selalu menegaskan bahwa salah satu hal mencolok yang membedakan orang sukses dan orang gagal adalah bagaimana mereka mengisi waktu mereka. Ketika orang-orang gagal sedang duduk sambil ongkang-ongkang kaki, orang-orang sukses telah memulai menabur dan bekerja keras. Itulah sebabnya ketika orang-orang sukses menuai, orang-orang gagal hanya bisa gigit jari, bahkan terkadang merasa iri.

Ketika memberikan training di sebuah toko buku besar di Jakarta, saya bertanya kepada para staf berapa banyak waktu yang mereka luangkan setiap hari untuk membaca. Anehnya, sebagian besar menjawab sama sekali tidak pernah. Alasannya sangat sederhana: tidak punya waktu. Kemudian saya balik bertanya, setiap hari berapa jam yang mereka habiskan di atas kendaraan umum untuk pulang pergi kerja. Umumnya menjawab satu hingga dua jam. “Nah, mengapa satu sampai dua jam itu tidak diluangkan untuk membaca?” tanya saya. Jika kita tahu mana yang penting dan merupakan prioritas maka kita lebih terdorong untuk melakukannya secara serius. Jika tidak, kita cenderung diombang-ambingkan oleh kehidupan dan membiarkan waktu berlalu begitu saja. www.pembelajar.com

Tidak ada komentar:

waktu itu pedang