Kamis, Oktober 30, 2008

Bekerja Efektif Seirama Otak



Seperti tubuh, otak juga punya irama kerja. Irama otak lebih banyak ditentukan oleh pola tidur, paparan cahaya dan faktor genetika. Nah, apabila Anda ingin lebih efektif, efisien, dan produktif dalam bekerja, Anda dapat menggunakan kekuatan otak. Karena otak punya jam-jam terbaik untuk dimanfaatkan dan ternyata tak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan namun juga pada kesehatan kita. Yuk, kita simak waktu irama otak yang terbaik saat bekerja.

Pukul 09.00-11.00
Waktu Terbaik untuk Mencari Ide
Pada waktu ini, hormon stres kortisol Anda berada dalam kadar sedang. Hal ini akan sangat membantu Anda untuk berpikir fokus. Menariknya, kondisi ini dialami oleh semua golongan umur.
Gunakan waktu ini untuk: mengerjakan tugas yang membutuhkan analisis dan konsentrasi, mengembangkan ide-ide baru, membuat presentasi, dan brainstorming mencari solusi tantangan besar atau kecil. Bagi yang mulai memasuki usia paruh baya, pikiran akan lebih jernih di pagi hari sehingga mulailah atur jadwal untuk berdiskusi masalah pekerjaan atau pribadi.

Pukul 11.00-14.00
Waktu Terbaik untuk Tugas Sulit
Saat ini, hormon tidur bernama melatonin di otak Anda sedang menurun drastis. Menurunnya melatonin membuat Anda siap mengerjakan tugas-tugas.

Gunakan waktu ini untuk: mengerjakan tugas-tugas kantor, menjawab e-mail klien dan memberikan presentasi pada bos dan klien.

Pukul 14.00-15.00
Waktu Terbaik untuk Istirahat
Pada jam ini Anda bisa menjadi sangat tidak produktif, apalagi setelah makan siang. Penurunan suhu tubuh yang membantu menenangkan untuk tidur di malam hari akan juga terjadi pada jam ini. Selain itu, untuk mencerna makan siang Anda, tubuh harus menarik darah dari otak ke perut, otomatis setelah makan siang, tubuh Anda pun berharap bisa beristirahat sejenak untuk mencerna makanan tadi.

Gunakan waktu ini untuk: Menarik nafas, berdoa, peregangan, jalan cepat sejenak di sekitar kantor atau minum air putih. Cara-cara ini sangat baik untuk mengalirkan darah dari perut ke otak sehingga bisa mengurangi rasa kantuk.

Pukul 15.00-18.00
Waktu Terbaik untuk Kerja Sama
Menurut Paul Nussbaum Ph.D penulis buku Your Brain Health Lifestyle, antara pukul 3 siang sampai 6 sore, otak Anda sudah mulai menunjukkan tanda kelelahan. Karena inilah, pikiran Anda tidak setajam waktu-waktu sebelumnya.
Gunakan waktu ini untuk: brainstorming dengan rekan kerja atau rapat dengan tingkat ketegangan rendah. Jika Anda sudah pulang kerja di akhir jam ini, gunakan waktu untuk menguatkan otak, misalnya dengan mengerjakan aktivitas berbeda dari pekerjaan, biasanya olahraga.

Nah, setelah pukul 18.00 ini, Anda bisa melakukan banyak hal yang berkaitan dengan hal pribadi, seperti bertemu dengan teman-teman atau menikmati makan malam yang lezat. Tapi jangan keterusan yaa... karena pada pukul 22.00, saatnya Anda memprioritaskan tidur yang cukup.
Ketika Anda tidur, ternyata otak tidak sepenuhnya tidur, ia bekerja merangkai semua yang telah dialami dan dipelajari sepanjang hari ini. Wajar saja, banyak orang berhasil menemukan solusi dari masalahnya setelah tidur cukup, 7-8 jam sehari. Tak hanya itu, dengan memperhatikan irama otak ketika bekerja juga membuat Anda lebih sehat. Jadi, siap terima tantangan?

Sumber: Majalah Chic No. 18 Sept. 2008

Rabu, Oktober 29, 2008

10 JURUS MENYELAMATKAN INDONESIA

Sejak badai krisis keuangan Amerika dua bulan yang lalu, negara-negara berkembang juga ikut "menikmati"-nya tanpa terkecuali Indonesia. Jejak krisis tahun 1998 saja masih terasa, kini Indonesia yang fundamen perekonomiannya sangat lemah ikutan terhantam krisis keuangan yang mengglobal.

Untuk itu seperti dirilis Republika, pemerintah mencanagkan 10 jurus dmenyelamatkan perekonomian Indonesia.

1. Menjaga kesinambungan neraca pembayaran atau devisa
dengan mewajibkan BUMN menempatkan hasil valasnya di
bank dalam negeri atau dalam satu clearing house

2. Menjaga kesinambungan neraca pembayaran dan mempercepat
pembangunan insfrastruktur

3. Menjaga stabilitas likuiditas dan mencegah perang harga
dengan menginstruksikan BUMN tak memindahkan dana dari
bank ke bank

4. Nebjaga stabilitas pasar SUN. Pemerintah dan BI membeli
kembali SUN di pasar sekunder. Pembelian secara bertahap
dalam jumlah terukur

5. Memanfaatkan bilateral swap arrangement bila perlu

6. Menjaga keberlangsungan ekspor dengan menyediakan
fasilitas rediskonto wesel ekspor per 1 November 2008

7. Pengurangan pungutan ekspor CPO menjadi nol persen per
1 November 2008

8. Menjaga kesinambungan fiskal 2009

9. Mencegah importasi ilegal

10.Meningkatkan apengawasan barang beredar

sumber : Republika, 29 Oktober 2008

Sabtu, Oktober 25, 2008

TUJUH KEAJAIBAN DUNIA

Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari 'Tujuh Keajaiban Dunia.'
Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang
mereka pikir merupakan 'Tujuh Keajaiban Dunia' saat ini. Walaupun ada
beberapa ketidaksesuaian, sebagian besar daftar berisi:

1] Piramida
2] Taj Mahal
3] Tembok Besar Cina
4] Menara Pisa
5] Kuil Angkor
6] Menara Eiffel
7] Kuil Parthenon
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.

Gadis pendiam itu menjawab, 'Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya.' Sang guru berkata,'Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya.'

Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, 'Saya pikir, 'Tujuh Keajaiban
Dunia' adalah,
1] Bisa melihat,
2] Bisa mendengar,
3] Bisa menyentuh,
4] Bisa menyayangi,
5] Bisa merasakan,
6] Bisa tertawa, dan
7] Bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya 'keajaiban'. Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai 'biasa'.

Sumber: MUVI-CONSULTING

Kamis, Oktober 16, 2008

Krisis Financial Global Bukti Rapuhnya Kapitalisme




Krisis finansial global yang menimpa negara-negara didunia, termasuk di Indonesia sebagai akibat rapuhnya Kapitalisme , dimana efek multidimensi dari krisis tersebut memerlukan dan menuntut diberlakukannya sistem alternatif, jika didunia tidak menginginkan penderitaan yang berkepanjangan.

Sistem alternatif yang dapat menyelamatkan krisis yang berkepanjangan itu tidak lain adalah dengan sistem ekonomi Islam. Demikian diungkapkan oleh Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto dalam pernyataan pers terkait Krisis Financial Global.

" Berbeda dari Kapitalisme, sistem ekonomi Islam selalu menomorsatukan kebutuhan dan pemberdayaan masyarakat secara riil –-bukan sekedar pertumbuhan ekonomi saja-– sebagai isu utama yang memerlukan jalan keluar dan penerapan kebijakan. Sistem Islam memiliki latar belakang pemikiran yang berbeda tentang ekonomi, sehingga jalur pengembangan ekonominya pun berbeda dari Kapitalisme," katanya.

Menurutnya, dalam sistem ekonomi Islam negara diwajibkan untuk memiliki peran langsung dalam pencapaian tujuan ekonomi, dan tidak begitu saja membiarkannya kepada sistem pasar bebas. Disamping itu, ekonomi Islam tidak mengenal dualisme ekonomi dan Sistem ekonomi Islam melarang penjualan komoditi sebelum dikuasai oleh penjualnya, sehingga haram hukumnya menjual barang yang tidak menjadi milik seseorang.

"Sesungguhnya terjadinya kegoncangan pasar modal di Barat dan di bagian dunia lain itu telah menelanjangi kebobrokan sistem ekonomi kapitalis, sistem perseroan terbatas atau syarikah musahaman, sistem bank ribawi, dan sistem uang kertas inkonvertibel," ujarnya.

Lebih lanjut Ismail mengatakan, sebenarnya sistem ekonomi kapitalis saat ini tengah berada di tepi jurang, jika tidak mencari jalan penyelesaian akan terperosok ke jurang terdalam.

Ia menilai, semua rencana penyelamatan yang mereka buat tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaan, kecuali hanya menjadi obat yang meringankan rasa sakit untuk sementara waktu. Dan sejumlah paket kebijakan yang direncanakan pemerintah untuk menahan laju gelombang krisis finansial global agar tidak berperanguh buruk terhadap perekonomian Indonesia, seperti di-suspend-nya perdagangan di lantai bursa, program buy-back saham-saham BUMN, perbaikan regulasi di BEI, percepatan belanja negara dan sejumlah langkah lain, dipercaya tidak akan mencukupi, terbukti rupiah terus mendapatkan tekanan hingga mencapai level Rp 10.000 per dollar AS.

"Kalaulah Indonesia ‘terhindar’ dari dampak lebih buruk, itu sifatnya sementara karena sistem ekonomi dan keuangan Indonesia tidaklah berbeda dengan sistem ekonomi dan keuangan global yang saat ini tengah goncang, yakni kapitalisme. Dengan kata lain, ini hanya menunda kejatuhan. Bahkan, sangat mungkin lebih parah di masa mendatang," tandasnya. (novel)

Pertumbuhan Ekonomi 2009 Disepakati 6,0 Persen


















Jakarta, (ANTARA News) - Setelah melalui beberapa kali pembahasan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2009 akhirnya disepakati sebesar 6,0 persen dengan mempertimbangkan perlambatan laju pertumbuhan perekonomian dunia, serta mempertahankan prioritas-prioritas pembangunan yang telah direncanakan dalam RKP (Rencana Kerja Pemerintah) 2009.

Dalam rapat kerja Panitia Anggaran DPR dan pemerintah yang diwakili Menkeu Sri Mulyani Indrawati dan Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, serta Gubernur BI Boediono di Jakarta, Rabu malam, juga disepakati beberapa asumsi lainnya, yaitu inflasi 2009 6,2 persen, nilai tukar Rp9.400 per dolar AS, tingkat bunga SBI 3 bulan 7,5 persen dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) 80 dolar AS per barel.

"Maka PDB (Produk Domestik Bruto-red) secara nominal ditargetkan sebesar Rp5.327,537 triliun," kata Ketua Panja Asumsi Dasar, Pendapatan, Defisit, dan Pembiayaan, Suharso Monoarfa.

Dengan perubahan asumsi dasar tersebut, katanya, maka pendapatan negara dan hibah pada 2009 disepakati sebesar Rp982,725 triliun, dengan penerimaan perpajakan sebesar Rp725,843 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp55,946 triliun.

Suharso mengatakan, penurunan asumsi ICP dari usulan pemerintah, 85 dolar AS per barel telah menyebabkan turunnya penerimaan negara dari pajak penghasilan (PPh) migas dan PNBP migas hingga masing-masing sebesar Rp4 triliun dan Rp16,46 triliun.

Sedangkan belanja negara disepakati sebesar Rp1.035,457 triliun, yang terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp731,660 triliun, pembayaran bunga utang Rp101,657 triliun, subsidi energi Rp103,568 triliun, risiko fiskal Rp15,765 triliun, tambahan anggaran pendidikan Rp30,202 triliun, dan transfer ke daerah sebesar Rp300,677 triliun.

"Panja sepakat untuk melakukan penghematan belanja negara sebesar Rp7,899 triliun untuk mengurangi target pembiayaan anggaran 2009," kata Suharso.

Dia menjelaskan, pembayaran bunga utang, terdiri atas pembayaran bunga utang dalam negeri Rp69,34 triliun, dan bunga utang luar negeri Rp32,317 triliun.

"Berdasarkan perhitungan tersebut, maka disepakati besaran defisit tahun 2009 adalah Rp53,732 triliun atau 1,0 persen dari PDB," kata Suharso.

Sedangkan untuk membiayai defisit tersebut, panja menyepakati pembiayaan dari dalam negeri sebesar Rp62,180 triliun, dan pembiayaan luar negeri sebesar negatif Rp9,448 triliun.

"Setelah mempertimbangkan kondisi krisis keuangan global yang berimbas pada perekonomian Indonesia, panja menyepakati untuk mengurangi target penerbitan surat berharga negara (SBN) neto menjadi sebesar Rp54,719 triliun," katanya.

Sedangkan jika dalam pelaksanaannya, pasar keuangan tidak dapat menyerap rencana SBN yang akan diterbitkan pemerintah dan/atau biaya penerbitan menjadi mahal, tambahnya, maka pemeritnah dapat menggunakan alternatif pembiayaan yang berasal dari pinjaman tunai bilateral dan multilateral dengan mengupayakan biaya yang paling efisien.

"Panja juga meminta BI wajib membeli SBN jangka pendek yang diterbitkan pemerintah pusat," katanya.

Atas kesepakatan tersebut, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya mengakui bahwa pembahasan asumsi ini sangat sulit mengingat perubahan situasi di dunia yang sagat drastis, dramatis serta fundamental.

"Kami beri contoh harga minyak saat membahas kerangka ekonomi makro pada Maret lalu 140 dolar AS. Waktu kami tulis nota keuangan harganya 130 dolar AS. Waktu mulai bahas dengan Panggar, sudah turun jadi 110 dolar AS. Sekarang saat baru menyelesaikan panja A untuk postur APBN sudah turun 80 dolar AS. Jadi sembari membahas dengan Panggar, harga minyak yang selalu kita asumsikan dan prediksikan berubah sangat dramatis seperti `roller coaster`," kata Menkeu.

Namun demikian, Menkeu menganggap kompromi politik yang dicapai dalam bentuk asumsi-asumsi ekonomi makro tersebut cukup realistis untuk digunakan dalam penghitungan APBN 2009.

Bagi pemerintah, kata Sri Mulyani, kompromi politik yang tercermin pada target pertumbuhan ekonomi 6,0 persen menjadi sinyal bahwa pemeritnah bersama DPR tidak ingin laju pertumbuhan ekonomi cepat di atas 6 persen sejak 2007 tetap terjaga, meskipun dalam situasi seperti ini.

"Sinyal yang harus diberikan bersama oleh pemerintah dan DPR dalam desain APBN 2009 kepada konstituen politik, konstituen pasar serta masyarakat domestik dan internasional adalah bahwa Indonesia masih optimis secara hati-hati dan tetap wapada dalam menghadapi situasi krisis yang terjadi," katanya.

Terkait rencana pemotongan pagu indikatif belanja kementerian lembaga (KL), Sri Mulyani mengatakan pihaknya masih akan melakukan kajian dengan melihat seluruh komponen belanja, terutama yang diangap bisa dpotong karena tidak akan mengganggu program utama KL dan bisa dilihat sebagai penghematan yang bijaksana, seperti perjalanan dinas, belanja barang, seminar dan rapat kerja.

"Dan bahkan di Departemen Keuangan dan kemungkinan di kementerian lainnya, penghematan atas pengeluaran listrik. Pembayaran listrik kami sejak Agustus turun 30-40 persen," katanya

Dia juga meminta agar anggaran untuk bantuan langsung tunai (BLT) 2009 yang akan berlangsung selama 3 bulan dan anggaran Program Nasional Pemberdayaan masyarakat (PNPM) dapat dipertahankan, meskipun ada fraksi yang menginginkan kedua anggaran tersebut direalokasi ke program lain yang bersifat padat karya

Sedangkan Gubernur BI, Boediono menyatakan pihaknya akan meningkatkan kerjasama dengan pemerintah dalam rangka mencapai seluruh asumsi dalam APBN tersebut.(*)

SUMBER : WWW.ANTARA.CO.ID

Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Ujian

Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik.

Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :

1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.

2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.

3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.

4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.

5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu

6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.

7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.

8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.

Semoga tips cara belajar yang benar ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, amin.

sumber : organisasi.org

Rabu, Oktober 15, 2008

10 Cara Meningkatkan Kehidupan Anda

Di awal tahun, di saat Anda tengah mulai merencanakan berbagai hal dalam meningkatkan kehidupan Anda di tahun ini, Steve Pilkington - seorang konsuler terapi di Amerika Serikat, memberikan beberapa tips yang bisa meningkatkan kehidupan Anda.

1. Refleksikan Penghargaan Tertinggi Bagi Diri Anda
Seimbangkan berbagai hal yang menjadi unggulan diri Anda dengan tujuan kehidupan yang telah direncanakan. Tujuan-tujuan ini harus mengekspresikan diri dan apa saja dari diri Anda yang sangat dicintai. Keinginan terdalam untuk mengisi hidup akan datang, saat nilai-nilai yang Anda punyai bisa seimbang dengan tujuan yang hendak diraih.

2. Ciptakanlah Lingkungan Yang Akan Mendukung
Berhentilah "melawan" arah angin. Saat mencoba melakukan perubahan dalam diri, ciptakanlah lingkungan yang memungkinkan Anda untuk melangkah ke depan, Lingkungan-lingkungan ini misalnya, lingkungan yang lebih intelektual, lebih religius, lebih memotivasi, lebih menginspirasi dan lainnya - segala sesuatu yang ada dalam hidup adalah lingkungan Anda. Pergunakanlah lingkungan tersebut secara bijaksana, atau cobalah untuk menciptakan lingkungan yang lebih baru lagi

3. Tetap Berhubungan Dengan Komunitas
Komunitas kita mempunyai potensi yang besar untuk meningkatkan dan menunjang kita (bukan saja sebuah komunitas dalam bentuk fisik semata). Berhubungan dengan komunitas memungkinkan kita menjadi salah satu bagian yang lebih besar dari diri kita sendiri

4. Kenali Dan Gunakanlah Tubuh
Berolah raga, makan dengan tepat dan mendapatkan cukup tidur, akan menjaga diri dan tubuh dengan baik - lagi pula, tubuh ini merupakan satu-satunya yang kita miliki secara harafiah. Cobalah untuk mencapai impian tubuh yang bisa digapai

5. Jangan Takut Menanggung Risiko
Saat berada diakhir perjalanan hidup, sangat diyakini kalau penyesalan terbesar seseorang adalah saat kita tidak berani menanggung risiko. Jika kita sudah begitu terikat dengan apa yang kita lakukan, hal yang sama akan datang setiap waktu sehingga tidak mungkin kita menghindari risiko di depan. Hadapi risiko itu dan jadikanlah sebagai pengalaman.

6. Hadapi Kegagalan Sebagai Hal Yang Baik
Kegagalan sebenarnya bukanlah benarbenar kegagalan, kecuali kalau ternyata kita juga gagal dalam mengambil hikmahnya. Segeralah berbenah diri, ini akan membantu Anda untuk menghadapi berbagai halangan untuk meraih kesuksesan. Analisa dan belajarlah dari berbagai hal yang telah Anda coba namun belum mencapai kesuksesan

7. Jalanilah Hidup Dengan Penuh Kekuatan
Apakah yang membuat Anda berbeda dengan orang lain? Apa yang menjadi keahlian Anda? Tidak banyak orang di dunia ini, bisa mendapatkan berbagai bakat dan kemampuan seperti yang Anda miliki. Simpanlah waktu untuk lebih memperkaya dan meningkatkan kekuatan ini, sehingga Anda bisa melakukan yang terbaik

8. Jangan Mati Sebelum Mencapai Harapan
Banyak orang punya banyak keinginan dalam hidupnya, tapi kita juga lebih banyak menyerah oleh rasa takut yang menyerang. Berbagilah harapan tentang sesuatu yang sangat Anda idamkan, dengan orang-orang sekitar Anda. Harapan Anda adalah musik Anda, jangan pernah meninggal sebelum Anda memilikinya

9. Atasi Ketakutan
Ketakutan selalu berada dalam diri kita kapan saja, sehingga membuat kita mundur melakukan sesuatu. Hadapi dan perangilah ketakutan ini dengan melakukan tindakan yang memang harus Anda lakukan. Mengatasi ketakutan yang ada dan pengalaman akan menumbuhkan impian yang lebih besar dari yang Anda duga sebelumnya

10. Hiduplah Untuk Masa Datang
Saat ini merupakan satu-satunya waktu yang kita miliki secara nyata. Hari kemarin sudah lenyap selamanya dan esok belum tentu datang untuk kita. Jangan pernah menyia-nyiakan hidup yang sangat berarti ini, dengan selalu melihat ke belakang atau terlalu berpikir ke depan. Hiduplah untuk saat ini dan gunakanlah untuk mendapatkan pengalaman yang sangat berarti dalam kehidupan Anda saat ini.

Sumber: Majalah Lisa

Kiat Mendorong Keterampilan Berpikir Anak Anda

Keberhasilan dalam hidup akan menyertai anak Anda, jika mereka dapat membangun keterampilan berpikir yang kokoh sejak usia dini. Berikut ini beberapa cara sederhana untuk menolong meningkatkan keterampilan berpikir anak di rumah.

1. Mainkan beberapa permainan bersama anak Anda. Permainan kata dan permainan yang mengandung unsur strategi menolong anak melihat masalah dengan cara yang berbeda.

2. Dorong anak-anak untuk menulis. Misalnya menulis buku harian atau surat kepada kerabat. Hasil sempurna dari membaca adalah menulis. "Orang yang mampu menulis dengan baik memiliki kemampuan berpikir yang unggul," kata Sava, seorang pakar dan pemikir.

3. Jawablah semua pertanyaan sederhananya. Misalnya, mengapa langit itu biru? Mengapa hujan datang dari atas? Anak-anak yang banyak bertanya adalah pemikir-pemikir kreatif.

4. Bantulah anak Anda melihat hubungan di sekitarnya. Misalnya bagaimana singa mirip dengan kucing. Dengan demikian anak dapat berpikir lentur, yakni dapat menemukan pemecahan lain ketika solusi pertamanya atas sebuah masalah gagal menjawab persoalan.

5. Menonton TV bersama. Berbicaralah tentang karakter, jalan cerita, moral cerita yang ditonton. Bahkan bisa juga Anda mengajar anak-anak tentang manajemen (Sekolah Manajemen) belanja dengan melihat berbagai iklan produk di TV.

6. Singkapkan dunia ini kepada anak Anda. Museum, taman bermain, tempat-tempat bersejarah, maupun kota-kota yang belum pernah dikunjungi dapat membangkitkan rasa ingin tahu anak dan memacu pikirannya.

7. Kembangkan kegiatan membaca, baik dibacakan atau membaca sendiri. Membaca menyingkapkan pengetahuan dan pengalaman kepada anak-anak. (Kalam Hidup) ___

___________________________________ Sumber: www.glorianet.org

10 Kunci Persahabatan Yang Baik

1) Pilih orang yang mempunyai minat yang sama seperti anda supaya anda mempunyai persamaan, tetapi jangan mengetepikan orang yang langsung tidak mempunyai persamaan dengan anda, bersikap terbuka baik untuk anda.

2) Ingatlah pada satu pedoman penting iaitu berlaku baik terhadap orang lain sebagaimana anda suka diperlakukan. Sekiranya anda menghormati orang lain,orang lain akan menghormati anda juga.

3) Sedarlah bahawa tiada siapa yang sempurna, setiap orang mempunyai sifat-sifat aneh dan kecacatan, dan menerima kecacatan antara satu sama lain adalah kunci persahabatan yang baik.

4) Hargai pendapat satu sama lain.

5) Sedarlah bahawa kawan yang rapat sekalipun tidak dapat bersama 24 jam.Bina minat-minat yang lain dan jangan cemburu apabila kawan anda mempunyai minat-minat yang lain juga.

6) Komunikasi sangat penting, kawan anda tidak boleh membaca fikiran anda.Sekiranya ada sesuatu yang menjejaskan persahabatan anda, beritahulah.

7) Jangan biarkan faktor luaran seperti tekanan (stress) menjejaskan persahabatan anda. Kawan yang baik akan membenarkan anda melepaskan perasaan kepada mereka, tetapi jangan hanya mempergunakan mereka untuk melepaskan perasaan ... dan sebagai balasan anda sepatutnya bersedia untuk mendengar luahan perasaan mereka pula.

8) Belajar daripada satu sama lain.

9) Jangan mengata di belakang kawan anda.

10) Pilih kata-kata anda dengan bijaksana kerana anda tidak boleh menariknya kembali.

Sumber: Harian Umum Kompas

Tujuh Gaya Belajar Efektif

Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar (Bimbingan Belajar) secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya belajar yang mungkin bisa Anda ikuti

- Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa (Sekolah Sastra/Bahasa), seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.

- Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.

- Bermain dengan gambar (Kursus Menggambar).
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini, tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.

- Bermain dengan musik (Sekolah Musik).
Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara menginat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimanalagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.

- Bermain dengan bergerak.
Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari (Sekolah Tari) atau berolahraga (Sekolah Olahraga).

- Bermain dengan bersosialisasi.
Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.

- Bermain dengan Kesendirian.
Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

Sumber: Tempo Interaktif

Senin, Oktober 13, 2008

KRISIS EKONOMI AMERIKA SERIKAT, MENGAPA?

Telah kita ketahui saat ini Amerika Serikat sedang berada di ambang kehancuran financial sebagai imbas dari krisis ekonomi. Trauma akan krisis ekonomi di tahun 1929 yang sering disebut Great Depression kembali menghantui. Pada saat itu dampak krisis itu menasional bagi rakyat Amerika Serikat, seperti kesulitan keuangan karena lapangan pekerjaan sedikit hingga kelaparan.

Seperti mengulang kejadian Great Depression, dimana saat ini banyak saham-saham yang menjadi maskot Wall Street berguguran. Apalagi perusahaan sekelas Lehman brothers dan Washington Mutual menyatakan kebangkrutan. Belum lagi raksasa Asuransi AIG, sahamnya turun hingga 50 persen.

Efek dari krisis ekonomi dan finansial di USA telah merambat ke negara-negara di Asia dan Eropa. Banyak negara yang memberikan suntikan dana kepada lembaga keuangan supaya tidak tergerus arus krisis Ekonomi yang berasal dari Amerika Serikat.

Mengapa Krisis Ekonomi melanda Amerika Serikat?

Mungkin ini menjadi pertanyaan bagi sebagian besar orang, mengapa negara super power dan terkenal kuat finansialnya bisa mengalami krisis moneter atau ekonomi. Dan kemungkinan berada di ambang kebangkrutan yang akan menyengsarakan rakyatnya dan sebagian besar negara di dunia.

Ada sebuah penjelasan dari Bpk Dahlan Iskan, pada Jawa Pos tanggal 28 september 2008 yang isinya hampir sehalaman penuh. Saya berusaha untuk meringkas penjelasan tersebut untuk mendapatkan analisis beliau tentang mengapa krisis ekonomi bisa melanda negara sekelas Amerika Serikat. Berikut rangkumannya.

Sebuah perusahaan yang go public dituntut untuk meningkatkan laba hingga 20 persen tiap tahunnya. Tentang bagaimana caranya, CEO dan direktur yang akan mengaturnya. Pemilik perusahaan atau pemegang saham tidak mau tau yang penting harga saham naik dan laba terus meningkat.

Mengapa harga saham harus selalu naik, alasannya adalah jika saham dijual maka harga saham harus lebih tinggi dari harga saham saat membeli. Dan mengapa laba harus naik? alasannya jika saham tidak dijual maka setiap tahunnya mereka bisa mendapat pembagian laba atau deviden yang bertambah banyak.

Sehingga CEO selalu mencari cara untuk melakukan 2 hal di atas tadi. Alasannya agar tetap dapat mempertahankan jabatan dan gaji dan bonus yang selalu meningkat. CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali gaji Presiden Bush. Sehingga antara pemegang saham dan CEO menemukan sumbu temu untuk mendapatkan 2 hal di atas.

Berbagai cara dilakukan hingga melibatkan pelaku politik, banyak kebijakan yang memungkinkan perubahaan aturan dan undang-undang untuk memungkinkan segala cara para CEO tersebut. Bagi pelaku politik keuntungannya adalah mendapatkan dana kampanye dan dukungan.

Dengan cara ini ekonomi AS berkembang pesat, semua orang mampu membeli kebutuhan hidup. Sehingga AS memerlukan banyak barang. Jika tidak bisa dibuat di dalam negeri maka pesan dari negara lain. Maka tak heran China memiliki cadangan devisa terbesar yaitu 2 triliun USD karena memasok banyak barang ke AS.

Sudah 60 tahun AS membesarkan perusahaan seperti itu, yang merupakan bagian dari ekonomi kapitalis sehingga AS menjadi penguasa dunia. Tapi itu belum cukup, segala hal harus yang terbaik, terkomputerisasi, bonus yang sudah besar harus dibuat lebih besar lagi. Disinilah ketamakan AS terlihat.

Ketika semua orang sudah membeli rumah, seharusnya tidak ada lagi perusahaan penjual rumah bukan. Namun kenyataannya perusahaan harus meningkatkan penjualan untuk mendapatkan pertumbuhan laba. Maka dicarilah jalan agar rumah terjual lebih banyak. Jika orang sudah memiliki rumah maka diciptakan agar kucing dan anjing juga memiliki rumah. Termasuk mobil.

Namun ketika kucing dan anjing sudah memiliki rumah, siapa lagi yang harus membeli? Maka di tahun 1980, Pemerintah AS mengeluarkan keputusan ‘Deregulasi Kontrol Moneter’, intinya dalam kredit rumah, perusahaan real estate diperbolehkan menggunakan variable bunga. Artinya boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini merupakan peluang besar bagi perusahaan real estate, broker, asuransi dan keuangan.

History Krisis Mortgage di AS

Tahun 1925, AS memiliki UU Mortgage Tentang KPR, yaitu setiap orang yang memenuhi syarat berhak mengajukan dan mendapatkan kredit rumah. Jika penghasilan setahun 100 juta maka ia berhak mengambil kredit mortgage 250 juta. Karena cicilan jangka panjang maka terasa ringan.

Tahun 1980, Keluar kebijakan untuk menaikan bunga. bisnis perumahan ada peluang, bank bisa mendapatkan bunga tambahan dan broker dan bisnis terkait bisa berusaha kembali.

Namun karena semua sudah punya rumah, maka Tahun 1986 pemerintah AS menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya, pembeli rumah diberi keringanan pajak. Bagi warga di negara maju, keringanan pajak akan mendapat sambutan luar biasa karena nilai pajak yang tinggi.

Tahun 1990, dengan fasilitas pajak bisnis rumah meningkat hingga 12 tahun ke depannya. Dari mortgage 150milyar USD dalam setahun menjadi 2 kali lipat di tahun-tahun berikutnya.

Tahun 2004, mortgage mencapai 700 milyar USD per tahun. Gairah bisnis rumah yang terus meningkat ini membuat para pelaku bisnis menghalalkan segala cara. Mulai dari iklan yang jor-joran, keluarnya lembaga investment bank, hingga melunaknya persyaratan KPR. Dalam pikiran pengembang, jika orang tidak bisa membayar kredit atau kredit macet, toh rumah masih bisa dijual karena perhitungannya tiap tahun harga rumah meningkat. Jadi mereka masih untung ketika terjadi kredit macet.

Namun ternyata dalam jangka kurang dari 10 tahun, banyak kredit Macet. Banyak orang menjual rumah, harga menjadi turun sehingga nilai jaminan rumah tidak cocok lagi dengan nilai pinjaman. Satu per satu lembaga investment banking bergururan seperti efek domino.

Berapa juta rumah yang termasuk mortgage? tidak ada data namun dari nilai uangnya sekitar 5 triliun USD. Jadi kalo George Bush meminta bantuan dana 700 milyar USD itu baru sebagian kecil. Kongres kawatir apakah harus menambah 700 milyar USD lagi jika yang pertama tidak berhasil.

Penutup artikel krisis ekonomi di Amerika Serikat

Kabar terakhir menyebutkan Kongres AS kemungkinan besar menyetujui rencana bailout ini. Walau masih belum terlihat dampaknya, namun mudah-mudahan dunia tidak terpuruk dalam krisis ekonomi berkepanjangan.

Penting bagi pemerintah Indonesia untuk memberikan informasi sebanyak mungkin untuk mencegah terjadinya rush besar-besaran terhadap bank-bank di Indonesia. Tentunya Krisis Ekonomi yang terjadi tahun 1997 tidak ingin kita ulangi lagi bukan.

Update : rencana bailout ditolak oleh kongres AS. namun setelah melakukan pendekatan dan revisi draft bailout, senat as menyetujui bailout tersebut. kemudian DPR AS pun menyetujui dengan ditandatanganinya UU Bailout oleh presiden Bush.

sumber :www.jualanbuku.com

Jumat, Oktober 10, 2008

This Economy Does Not Compute

Published: New York Times, October 1, 2008



A FEW weeks ago, it seemed the financial crisis wouldn’t spin completely out of control. The government knew what it was doing — at least the economic experts were saying so — and the Treasury had taken a stand against saving failing firms, letting Lehman Brothers file for bankruptcy. But since then we’ve had the rescue of the insurance giant A.I.G., the arranged sale of failing banks and we’ll soon see, in one form or another, the biggest taxpayer bailout of Wall Street in history. It seems clear that no one really knows what is coming next. Why?



Well, part of the reason is that economists still try to understand markets by using ideas from traditional economics, especially so-called equilibrium theory. This theory views markets as reflecting a balance of forces, and says that market values change only in response to new information — the sudden revelation of problems about a company, for example, or a real change in the housing supply. Markets are otherwise supposed to have no real internal dynamics of their own. Too bad for the theory, things don’t seem to work that way.



Nearly two decades ago, a classic economic study found that of the 50 largest single-day price movements since World War II, most happened on days when there was no significant news, and that news in general seemed to account for only about a third of the overall variance in stock returns. A recent study by some physicists found much the same thing — financial news lacked any clear link with the larger movements of stock values.



Certainly, markets have internal dynamics. They’re self-propelling systems driven in large part by what investors believe other investors believe; participants trade on rumors and gossip, on fears and expectations, and traders speak for good reason of the market’s optimism or pessimism. It’s these internal dynamics that make it possible for billions to evaporate from portfolios in a few short months just because people suddenly begin remembering that housing values do not always go up.



Really understanding what’s going on means going beyond equilibrium thinking and getting some insight into the underlying ecology of beliefs and expectations, perceptions and misperceptions, that drive market swings.



Surprisingly, very few economists have actually tried to do this, although that’s now changing — if slowly — through the efforts of pioneers who are building computer models able to mimic market dynamics by simulating their workings from the bottom up.



The idea is to populate virtual markets with artificially intelligent agents who trade and interact and compete with one another much like real people. These “agent based” models do not simply proclaim the truth of market equilibrium, as the standard theory complacently does, but let market behavior emerge naturally from the actions of the interacting participants, which may include individuals, banks, hedge funds and other players, even regulators. What comes out may be a quiet equilibrium, or it may be something else.



For example, an agent model being developed by the Yale economist John Geanakoplos, along with two physicists, Doyne Farmer and Stephan Thurner, looks at how the level of credit in a market can influence its overall stability.



Obviously, credit can be a good thing as it aids all kinds of creative economic activity, from building houses to starting businesses. But too much easy credit can be dangerous.



In the model, market participants, especially hedge funds, do what they do in real life — seeking profits by aiming for ever higher leverage, borrowing money to amplify the potential gains from their investments. More leverage tends to tie market actors into tight chains of financial interdependence, and the simulations show how this effect can push the market toward instability by making it more likely that trouble in one place — the failure of one investor to cover a position — will spread more easily elsewhere.



That’s not really surprising, of course. But the model also shows something that is not at all obvious. The instability doesn’t grow in the market gradually, but arrives suddenly. Beyond a certain threshold the virtual market abruptly loses its stability in a “phase transition” akin to the way ice abruptly melts into liquid water. Beyond this point, collective financial meltdown becomes effectively certain. This is the kind of possibility that equilibrium thinking cannot even entertain.



It’s important to stress that this work remains speculative. Yet it is not meant to be realistic in full detail, only to illustrate in a simple setting the kinds of things that may indeed affect real markets. It suggests that the narrative stories we tell in the aftermath of every crisis, about how it started and spread, and about who’s to blame, may lead us to miss the deeper cause entirely.



Financial crises may emerge naturally from the very makeup of markets, as competition between investment enterprises sets up a race for higher leverage, driving markets toward a precipice that we cannot recognize even as we approach it. The model offers a potential explanation of why we have another crisis narrative every few years, with only the names and details changed. And why we’re not likely to avoid future crises with a little fiddling of the regulations, but only by exerting broader control over the leverage that we allow to develop.



Another example is a model explored by the German economist Frank Westerhoff. A contentious idea in economics is that levying very small taxes on transactions in foreign exchange markets, might help to reduce market volatility. (Such volatility has proved disastrous to countries dependent on foreign investment, as huge volumes of outside investment can flow out almost overnight.) A tax of 0.1 percent of the transaction volume, for example, would deter rapid-fire speculation, while preserving currency exchange linked more directly to productive economic purposes.



Economists have argued over this idea for decades, the debate usually driven by ideology. In contrast, Professor Westerhoff and colleagues have used agent models to build realistic markets on which they impose taxes of various kinds to see what happens.



So far they’ve found tentative evidence that a transaction tax may stabilize currency markets, but also that the outcome has a surprising sensitivity to seemingly small details of market mechanics — on precisely how, for example, the market matches buyers and sellers. The model is helping to bring some solid evidence to a debate of extreme importance.



A third example is a model developed by Charles Macal and colleagues at Argonne National Laboratory in Illinois and aimed at providing a realistic simulation of the interacting entities in that state’s electricity market, as well as the electrical power grid. They were hired by Illinois several years ago to use the model in helping the state plan electricity deregulation, and the model simulations were instrumental in exposing several loopholes in early market designs that companies could have exploited to manipulate prices.



Similar models of deregulated electricity markets are being developed by a handful of researchers around the world, who see them as the only way of reckoning intelligently with the design of extremely complex deregulated electricity markets, where faith in the reliability of equilibrium reasoning has already led to several disasters, in California, notoriously, and more recently in Texas.



Sadly, the academic economics profession remains reluctant to embrace this new computational approach (and stubbornly wedded to the traditional equilibrium picture). This seems decidedly peculiar given that every other branch of science from physics to molecular biology has embraced computational modeling as an invaluable tool for gaining insight into complex systems of many interacting parts, where the links between causes and effect can be tortuously convoluted.



Something of the attitude of economic traditionalists spilled out a number of years ago at a conference where economists and physicists met to discuss new approaches to economics. As one physicist who was there tells me, a prominent economist objected that the use of computational models amounted to “cheating” or “peeping behind the curtain,” and that respectable economics, by contrast, had to be pursued through the proof of infallible mathematical theorems.



If we’re really going to avoid crises, we’re going to need something more imaginative, starting with a more open-minded attitude to how science can help us understand how markets really work. Done properly, computer simulation represents a kind of “telescope for the mind,” multiplying human powers of analysis and insight just as a telescope does our powers of vision. With simulations, we can discover relationships that the unaided human mind, or even the human mind aided with the best mathematical analysis, would never grasp.



Better market models alone will not prevent crises, but they may give regulators better ways for assessing market dynamics, and more important, techniques for detecting early signs of trouble. Economic tradition, of all things, shouldn’t be allowed to inhibit economic progress.

Mark Buchanan, a theoretical physicist, is the author, most recently, of “The Social Atom: Why the Rich Get Richer, Cheaters Get Caught and Your Neighbor Usually Looks Like You.”

waktu itu pedang