Jumat, November 28, 2008

Lelaki dan Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.
Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu."Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."

Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.

Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya."Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel."Aku sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"

"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.
Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.

"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel."Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu."Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.

Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita.Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Kamis, November 27, 2008

6.882 Guru Bantu Minta Diangkat Jadi PNS

Puluhan guru bantu di DKI Jakarta yang tergabung dalam Forum Komunikasi Guru Bantu Indonesia (FKGBI) DKI Jakarta hari ini (Rabu, 28/5) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD DKI Jakarta. Mereka meminta para wakil rakyat di Kebonsirih untuk memperjuangkan nasib 6.882 guru bantu di DKI Jakarta untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Ketua FKGBI DKI Jakarta, Syarifah Efiana, meminta DPRD dan Pemprov DKI untuk mencari solusi karena gaji guru bantu DKI tidak dianggarkan lagi dalam Anggaran Pendapatan dan


sumber gambar :www.beritajakarta.com

Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2008. “Untuk itu kita minta uang Kesra guru bantu harus dibayar rutin setiap bulan mulai Januari 2008,” kata Syarifah di sela-sela aksi unjuk rasa.

Kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang tentunya semakin menyulitkan ekonomi para guru bantu tersebut. “Bagaimana cukup hidup di Jakarta dengan gaji Rp 710.000. Gaji sebesar itu masih dibawah upah minimum provinsi,” tuturnya.

Selain itu, kata Syarifah, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta harus segera memroses berkas-berkas CPNS (calon pegawai negeri sipil) guru bantu DKI yang tertunda selama sembilan bulan sejak pemberkasan. “Pengangkatan guru bantu ini juga sebagai realisasi amanat PP Nomor 43/2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi PNS sampai batas waktu tahun 2009,” ucapnya.

Dan untuk merealisasikan hal tersebut, lanjut Syarifah, maka perlu dibentuk tim realisasi status guru bantu menjadi PNS dan menciptakan mekanisme dan jalur komunikasi atau konsultasi antara guru bantu dengan pemerintah pusat maupun Pemprov DKI.

sumber : www.beritajakarta.com

Selasa, November 25, 2008

PeRayAan HAri GuRU

Hari ini, 25 November 2008, anak-anak altilery SMAN 74 Jakarta dan segenap guru merayakan HARI GURU NASIONAL. Pagi yang mendung dan teduh, justru menambah kekhusyuan perayaan yang penuh hikmah atas perjuangan guru Indonesia.

Perayaan dimulai dengan melaksanakan upacara bendera yang seluruh petugasnya adalah guru.

Mr. Warno menjadi pemimpin Upacara
ganteng ya?

tiga cwo ember (emang berkelas)
siap-siap ngibarin bendera merah putih


trio wek-wek (wanita dan oria eksekutif)
mengenagn tugas upacara sma puluhan tahun lalu

Pembawa acara yang cantieq : Bu Hirziah

pembina upacara : Mrs. Lies

para guru hikmat mengikuti upacara

Setelah pengibaran bendera dan wejangan dari pembina upacara, ada pidato berbahasa asing datiga murid wanita, yakni pidato bahasa jerman, jepang dan inggris dan satu lagi berbahasa Indonesia dari Ghassani.

Setelahnya seorang siswi, Syifa membacakan puisi khusus utuk guru..... rada sedih juga sih mendengarnya.....

Ditengah upacara diadakan penobatan guru favorit dan pemberian tanda terima kasih kepada para guru. Wah, riuhnya saat pemberian kenag-kenangan berupa kadao dan bunga....Anak-anak berebutan membagikan hadiah dan bunga sambil ada yang teriak-teriak segala lagi. Guru favorit : Mrs. Emmy Laksmi, Mrs. Debbie Tjakradiranana, dan Mrs. Eny Suryani.

By the way, sesungguhnya acara seperti ini memberikan nuansa kesegaran dan refleksi baik bagi guru maupun murid ditengah kejenuhan belajar dan kemacetan ibukota Jakarta yang sangat melelahkan.

Senin, November 24, 2008

Catatan kecil : Hari Guru Nasional

Bahwa guru menjadi sosok yang teramat penting bagi perjalanan hidup manusia, kita sudah sangat maklum, bahkan teramat maklum. Dalam perjalanan kehidupannya, manusia tdiak akan pernah lepas dari peran seorang guru baik secara formal maupun informal. Begitupun perjalanan bangsa ini baik pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan hingga saat ini. Guru menjadi sosok yang teramat penting untuk dilupakan oleh bangsa ini. Pameo yang mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa-jasa para pahlawannya masih sangat relevan. Bahkan sepanjang masa.

Baiklah, kita tidak perlu lagi mengedapankan dan membesar-besarkan peran guru bagi bangsa ini. Karena sejatinya, masyarakat pun sudah sadar bahwa guru teramat penting perannya. Kini, sebagai bangsa, masyarakat terutama pemerintah perlu berkerjasama secara harmonis untuk kepentingan pendidikan bangsa ini.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kesejahteraan (baca : gaji) guru Indonesia sangat rendah dibandingkan negara tetangga, Malaysia misalnya. Belum lagi sikap masyarakat dalam memandang profesi guru. Masyarakat kita terutama di kota-kota besar meski belum ada penelitian yang valid atau mungkin belum dilakukan, kita (masyarakat) mernedahkan profesi guru. Jadi tidaklah mengherankan sebagian dari generasi ini, kalau ditanya soal cita-cita jarang sekali yang mau menjadi guru. Sebagian dari sikap guru semakin merendahkan martabatnya sendiri karena terkontaminasi oleh paham materialisme, sehingga wajar jika ada oknum guru yang mati-matian menolak mengajar di desa-desa terpencil. Selain karena gaji yang rendah, kepedulian pemerintah yang kurang, juga tuntuan hidup yang tinggi. Segudang permasalahan dihadapi guru membuat kerjanya tidak maksimal.

Pemerintah sebagai regulator, sudah selayaknya tidak ragu lagi menetapkan kebijakan yang mendukung pendidikan. Annggaran 20 % sedapat mungkin tidak dikorup, lenyap ditengah jalan atau diada-adakan proyek pendidikan sehingga tujuan APBN dalam bidang pendidikan juga menjadi tidak maksimal penggunaannya.

Bahwa kesejahteraan guru menjadi pemicu tingkat kemajuan pendidikan anak bangsa ini kita sudah maklum. Terlepas dari permasalahan tersebut, profesi guru adalah panggilan jiwa. Kalau seseorang sudah bertekad menjadi guru, maka persoalan kesejahteraan bukan penghalang untuk tetap mencerdaskan bangsa ini.

Tetap optimis, selamat hari guru....!!!

Jumat, November 21, 2008

Ada Psikopat di Sekolah


Mengapa siswa gemar menyontek? Pertanyaan ini memang klasik. Tapi, para guru dan otoritas pendidikan sampai kita hari ini masih terus garuk-garuk kepala karena belum berhasil menemukan metode tercanggih untuk menghentikan kebiasaan menyontek anak-anak didik. Bahkan, tak sedikit pula yang "pasrah" dan menganggap perilaku menyontek sebagai kelaziman yang tidak berimplikasi serius.

Pastinya, jangan pandang enteng apabila anak didik -siswa maupun mahasiswa-kedapatan mengandalkan hasil menyontek untuk menyelesaikan tugas-tugas guru atau dosen mereka. Apalagi jika aksi menyontek dilakukan berkali-kali sampai-sampai anak didik tidak lagi percaya bahwa dia mampu menuntaskan pekerjaan sekolah dengan mengandalkan dirinya sendiri.

Itulah pesan tegas yang muncul berdasar riset banyak peneliti. Lawson (2004), misalnya, mengindikasikan bahwa siswa yang melakukan tindakan kebohongan akademik cenderung akan berbohong di tempat kerja.

Kenyataannya, fenomena menyontek lebih serius daripada pandangan umum. Kompleksitas yang terungkap dari temuan-temuan Barat tentang "kejahatan akademis" ini juga relevan dengan situasi di dunia pendidikan Indonesia.

Contohnya, di antara empat ribuan pelajar yang disurvei Rutger's Management Education Center, 75 persen di antaranya diketahui melakukan aksi menyontek dengan bobot yang sudah tergolong serius. Yang mengenaskan, 50 persen di antaranya bahkan menganggap tindakan menyontek bukan sebagai sesuatu yang salah dan perlu dihentikan.

Pada riset lain, saat ditanyakan mengapa menyontek, 80 persen di antara keseluruhan siswa yang diteliti Newberger (2003) beralasan bahwa tindakan terlarang itu tetap mereka lakukan agar berhasil masuk ke sekolah yang lebih tinggi, khususnya universitas. Para penyontek, seperti halnya siswa yang tidak menyontek, yakin bahwa universitas adalah prasyarat mutlak demi pencapaian sukses masa depan. Jadi, tuntutan untuk meraih keberhasilan justru mendorong siswa menjiplak kreasi akademis orang lain, lalu mengklaimnya sebagai hasil belajar mereka sendiri. Ini alasan pertama.

Alasan kedua, plagiat merupakan konsekuensi negatif tingginya tuntutan akademis yang dibebankan ke anak didik. Faktanya, jangankan pelajar tingkat lanjut, pelajar kelas dua sekolah dasar dewasa ini pun saban hari sudah terpaksa menggendong tas sekolah berukuran besar yang dipenuhi buku pelajaran. Muatan pelajaran dalam buku-buku pelajaran mereka jauh lebih penuh sesak ketimbang buku yang saya baca saat masih seusia mereka dua puluhan tahun silam. Beban studi terlalu besar. Alokasi waktu terbatas. Elemen kegembiraan saat belajar, sebagai keharusan bagi siswa tingkat dasar, terpinggirkan. Akibatnya, bersekolah bukan lagi sebuah proses belajar yang mengasyikkan, melainkan semata-mata aktivitas yang keberhasilannya diukur berdasar pencapaian akhir. Demi mengejar target akhir itu, menyontek menjadi "solusi" guna mengatasi keletihan sekaligus cara untuk membahagiakan orang tua, guru, dan pihak-pihak lain selain si anak didik sendiri.

Uraian di atas menghadirkan pemahaman baru. Kontras dengan pandangan awam, menyontek sangat mungkin bukan pertanda kurangnya kecerdasan siswa. Karena aktivitas menyontek kian lama kian canggih, para pelakunya bisa jadi tergolong pintar, kreatif, bahkan mungkin memiliki tingkat kecerdasan superior. Menyontek, dengan demikian, merupakan penanda betapa anak-anak cerdas itu merasa kian frustrasi karena tidak berkesempatan melakukan petualangan dan akrobat intelektual.

Alasan ketiga, menyontek adalah hasil mimikri anak terhadap kelakuan orang-orang yang lebih dewasa. Anak didik menjadikan figur dewasa sebagai acuan moral mereka. Orang-orang dewasa memang tidak menjiplak seperti yang berlangsung di ruang-ruang kelas. Tapi, aksi mencuri milik orang lain, lalu diikuti dengan memberikan label sebagai milik pribadi, intisarinya sama persis dengan perilaku menyontek. Jadi, maling, koruptor, preman, dan sejenisnya adalah model bagi anak-anak didik untuk menampilkan tindakan sejenis di kelas mereka.

Perilaku orang dewasa seperti menginspirasi siswa melakukan tindakan scholastic psychopathy, di samping mengondisikan mereka pada pandangan bahwa tindakan semacam itu adalah sesuatu yang wajar. Menurut Williams (2002), siswa pada gilirannya menjadi yakin akan keandalan cara-cara antisosial dalam meraih prestasi sekaligus mengalami proses perkembangan moral yang senjang.

Kebiasaan menyontek sejak dini semakin memperbesar predisposisi anak didik untuk kelak berkembang menjadi individu berkepribadian psikopat.. Hare (2000) dan Heller (2001) menegaskan hal itu dengan menyebut bahwa individu-individu dewasa berkepribadian psikopat telah memiliki problem tingkah laku sejak usia sebelum tiga belas tahun. Mulai mencuri, berbohong, vandalisme, bullying, aktivitas seksual, membuat kebakaran, mengendus lem, mengonsumsi alkohol, kabur dari rumah, dan -tentu saja- menyontek.

Orang tua melakukan korupsi di tempat kerja. Anak menjiplak tanpa beban, bahkan terorganisasi, di sekolah. Silakan bayangkan, mau ke mana negeri ini!

sumber : Reza Indragiri Amriel, ketua jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara - Jakarta

Senin, November 17, 2008

Wajar 9 Tahun Gagal

[JAKARTA] Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) sembilan tahun yang dimulai 1993/1994 dan telah berlangsung selama 15 tahun akan berakhir tahun ini. Pemerintah mengklaim program tersebut akan tuntas dengan angka partisipasi kasar (APK) nasional mencapai 92,52 persen. Namun, pemerhati pendidikan menilai program tersebut telah gagal karena masyarakat masih dikenakan biaya pendidikan.

Dalam rancangan awal, ada beberapa kriteria suatu daerah dikatakan tuntas Wajar Dikdas sembilan tahun, seperti APK SMP/MTs tahun ini mencapai 95 persen, memiliki data yang akurat mengenai jumlah anak usia sekolah, jumlah anak usia sekolah dari keluarga tidak mampu, jumlah Ke- luarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, daftar nama dan alamat Lembaga Satuan Pendidikan Dasar 9 Tahun (SD dan SMP atau sederajat, baik negeri maupun swasta).

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menyatakan, program Wajar Dikdas sembilan tahun sudah tuntas. Hal itu berdasarkan pencapaian angka partisipasi murni (APM) pada jenjang SMP sudah mencapai 95 persen. "Wajar Dikdas 9 tahun sudah tuntas dan telah sesuai target pemerintah pada tahun ini. Persentase 5 persen tinggal dituntaskan 2009," ungkap Sekretaris Jenderal Depdiknas Dody Nandika, di Bogor, Jawa Barat, pekan lalu.

Namun, Manajer Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch (ICW) Ade Irawan kepada SP, Selasa (11/11), menyatakan program Wajar Dikdas, seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan kuantitas, tetapi terkait dengan tidak adanya lagi pungutan di sekolah. Kenyataan di lapangan, pungutan justru marak.

Informasi yang diperoleh ICW, perlu Rp 56.7 triliun guna menuntaskan Wajar Dikdas. Dana tersebut untuk membiayai program-program perluasan akses bersekolah. Anggaran itu tidak termasuk anggaran rutin dan pembangunan di luar Wajar Dikdas sembilan tahun.

Sementara itu, usia anak 7-15 tahun yang belum mendapatkan layanan pendidikan masih sekitar 2,9 juta, termasuk anak putus sekolah di SD/MI dan SMP/MTs serta lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan pendidikan. Untuk 2009, lanjutnya, anggaran untuk penuntasan Wajar Dikdas sembilan tahun mencapai sekitar Rp 30 triliun, sedangkan anggaran Depdiknas Rp 61,7 triliun. "Kekurangan pembiayaan itu, tentunya sangat sulit untuk menuntaskan program Wajar Dikdas ini. Belum lagi, maraknya pungutan di sekolah," ujarnya. [W-12

sumber : milis rumah ilmu indonesia/http://www.rumahilm uindonesia. net

STRUKTUR PASAR


MODUL EKONOMI
STRUKTUR PASAR DAN JENIS-JENIS PASAR



PENGANTAR
Modul “Jenis-Jenis Pasar” ini, merupakan modul yang mengkaji tentang berbagai jenis pasar baik dilihat dari struktu pasar maupun waktu.
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan Anda akan mengetahui lebih banyak tentang “bagaimana kegiatan para pelaku ekonomi di dalam berbagai jenis pasar yang terjadi dalam rangka manusia memutar roda perekonomian suatu daerah maupun negara bahkan dengan negara lain.


PETUNJUK
Modul ini dibagi dalam dua kegiatan belajar yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : Struktur Pasar
Kegiatan Belajar 2 : Pasar Abstrak

1. Pelajarilah modul ini dengan kegiatan belajar demi kegiatan belajar. Mulailah dari kegiatan belajar 1 hingga Anda bisa kuasai dengan baik. Untuk mengetahui apakah Anda telah menguasai pelajaran ini, kerjakan tugas yang disediakan pada akhir kegiatan belajar, kemudian cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan.

2. Pelajari kembali tugas yang belum terjawab dengan benar sehingga Anda yakin betul telah menguasai kegiatan belajar tersebut. Untuk selanjutnya mempelajari kegiatan belajar berikutnya.

3. Untuk mempelajari modul ini disediakan waktu 3 x 45 menit, termasuk waktu untuk mengerjakan Tes Akhir Modul.

STANDAR KOMPETENSI
1. Menganalisis perilaku pelaku ekonomi dalam kaitan dengan kelangkaan, pengalokasian sumber daya dan barang, melalui mekanisme pasar.

KOMPETENSI DASAR
1.1. Mendeskripsikan berbagai bentuk pasar menurut struktur.
1.2. Mendeskripsikan pasar uang, pasar modal, pasar barang berjangka, dan pasar tenaga kerja


KEMAMPUAN PRASYARAT
Untuk mempermudah pemahaman tentang materi pada modul ini, Anda diharapkan telah mengetahui beberapa hal pada topik ini. Misalnya : Anda harus tahu pengertian pasar.

PRETEST
Untuk mengetahui kemampuan awal Anda, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini :
1. Apa saja yang dilakukan manusia di pasar?
2. Mengapa pasar menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat?

INDIKATOR HASIL
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian pasar secara ekonomi, strukur pasar, kebaikan dan keburukan pasar menurut struktur pasar..



Kegiatan 1

STRUKTUR PASAR

Secara khusus, modul ini bertujuan agar Anda setelah mempelajari kegiatan belajar ini mampu :

1. Mendeskripsikan berbagai bentuk pasar menurut struktur.
2. Mengidentifikasi ciri-ciri berbagai bentuk pasar.
3. Mengidentifikasi kabaikan dan keburukan bentuk pasar


1. Pengertian Pasar

Pernahkah anda memanfaatkan pasar? Seringkali kita melihat orang atau pedagang pergi ke pasar. Pasar manakah yang dimaksud? So, jadi apa dong pengertian pasar?

Ya, anda benar sekali. Pasar mempunyai pengertian sebagai tempat bertemunya atau berinteraksi antara pembeli dengan penjual untuk menyepakati harga jual suatu barang atau jasa.

Jika anda pernah ke pasar, anda tentu pernah mengamati, misalnya ibu anda saat berinteraksi dengan salah satu penjual. Biasanya Ibu anda akan melakukan tawar menawar harga sampai pada kesepakatan untuk menentukan harga barang tersebut. Nah, itulah fungsi pasar. Jadi fungsi antara lain adalah menentukan nilai atau harga barang/jasa


Gb. 1 salah satu pasar tradisional di Yogyakarta
sumber gambar :www.yogyes.com


2. STRUKTUR PASAR

Dalam pasar biasanya ada barang-barang tertentu yang hanya dikuasai oleh satu atau beberapa penjual atau pembeli. Nah, kondisi pasar yang demikian itu menggambarkan struktu pasar.

Anda pasti tahu pengertian struktur pasar! Ya, benar. Struktur pasar adalah koondisi yang menggambarkan keadaan penting suatu pasar seperti jumlah penjual (perusahaan), keseragaman produk antar penjual, kemudahan keluar masuk pasar dan bentuk persaingannya.

Sekarang mari kita dalami pembagian pasar menurut struktur pasar. Struktur pasar dapat dibagi menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna.

A. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran yang ditandai oleh jumlah produsen dan konsumen sangat banyak dan hampir tidak terbatas.

Ciri-ciri pasar persaingan sempurna :
1. Banyak penjual dan pembeli
2. Produk yang dijual homogen
3. Penjual dan pembeli bebas masuk keluar pasar
4. Konsumen mengetahui kondisi pasar
5. Faktor-faktor produksi bergerak bebas
6. Tidak ada campur tangan pemerintah

Kebaikan Pasar Persaingan sempurna :
1. Tidak ada persaingan
2. Barang yang dijual akan laku berapapun jumlahnya tanpa penurunan harga
3. Tidak mungkin mengubah bentuk barang
4. Informasi tentang pasar telah diketahui baik oleh konsumen maupun penjual

Kelemahan Pasar Persaingan Sempurna :

1. Pasar persaingan sempurna sulit dijumpai
2. Kemajuan teknologi membuat kualitas dan kuantitas jenis barang beragam sehingga memaksa persaingan produk
3. Keuntungan maksimum sudah dapat diprediksi
4. Pasar gelap (Black market) dapat muncul seaktu-waktu

Nah, coba anda lengkapi matrik di bawah ini !
No Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna Kebaikan Kelemahan
1
2
3
4
5

B. Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Kalau anda sudah memahami pasar persaingan sempurna, tentu anda dapat mendefenisikan pasar persaingan sempurna! Ya, benar. Pasar persaingan tidak sempurna adalah kondisi pasar di mana jumlah penjual dengan jumlah pembeli tidak sebanding.


1. Pasar Monopoli
Monopoli adalah suatu kondisi pasar yang hanya dikuasai oleh satu penjual saja.

Ciri-ciri pasar monopoli :
1. Pasar dikuasai oleh penjual
2. Harga ditentukan oleh penjual
3. Kualitas tidak menjadi perhatian penjual
4. Tidak ada campur tangan pemerintah

Sekarang Coba anda berikan beberapa contoh produk yang dikuasai oleh satu perusahaan di Indonesia! Ya, benar. ternyata anda sangat memperhatikan kondisi perekonomian negeri ini! Great!

Kebaikan Monopoli :
1. Efisiensi produksi
2. Mendorong terjadinya inovasi
3. Mengurangi persaingan yang tidak bermanfaat

Kelemahan monopoli ;
1. Penyalahgunaan kekuatan pasar
2. Tingkat produksi yang lebih rendah
3. Mengurangi kesejahteraan konsumen
4. Timbulnya ketidakadilan terhadap konsumen


2. Pasar Oligopoli
Pasar oligopli adalah salah satu bentuk struktur pasar dimana hanya
terdapat beberapa penjual/produsen yang memproduksi barang yang
identik atau mirip.

Ciri-ciri pasar oligopli :
1. Terdapat beberapa penjual dengan banyak pembeli
2. Adanya ketegaran harga
3. Tumbuh subur kartel
4. Harga ditentukan penjual, terutama oleh produsen besar dan
produsen kecil hanya menjadi pengikut

Kelebihan Pasar Oligopoli :
1. Terdapat efisiensi yang tinggi
2. Bila terjadi persaingan harga, maka yang diuntungkan adalah konsumen

Kelemahan pasar oligopli :
1. Produsen membutuhkan investasi dan modal yang besar untuk memasuki pasar
2. Tidak mudah memasuki pasar karena sudah ada produsen utama (pemimpin pasar)
3. Kemungkinan terjadinya kolusi antar perusahaan
4. Adanya hak paten oleh [produsen tertentu, sehingga sulit bagi produsen lain memproduksi barang sejenis.
5. Adanya hambatan jangka panjang seperti pemberian hak waralaba oleh pemerintah sehingga perusahaan lain tidak bisa memasuki pasar


3. Pasar Monopolistik
Pasar monopolistik adalah suatu struktur pasar di mana terdapat banyak produksen yang menjual produk yang kurang lebih sama namun memiliki perbedaan dalam beberapa aspek.

Pasar Monopolistik memiliki ciri-ciri yang melekat , yaitu :
1. Terdapat banyak produsen atau penjual.
2. Adanya Diferensiasi Produk
3. Produsen Dapat mempengaruhi harga
4. Produsen dapat keluar masuk pasar
5. Promosi penjualan harus aktif
Pasar Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :
1. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
2. Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
3. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.
4. Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistik.


Pasar Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
3. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus dibayar oleh konsumen

Post Test
1. Jelaskan pengertian pasar!
2. Jelaskan pengertian pasar monoploli!
3. Sebutkan ciri-ciri pasar monopoli!
4. Sebutkan kelemahan pasar monopoli!
5. Jelaskan pengertian pasar oligopoly!
6. Sebutkan kebaikan pasar oligopoly!
7. Berikan 3 contoh produk pasar oligopli!
8. Jelaskan pengertian pasar monoplistik!
9. Sebutkan ciri-ciri pasar monopolistik!
10. Berikan 2 contoh produk monopolistik!

Setelah anda menjawab post test di atas, jika ternyata nilai anda masih belum memenuhi nilai standar ketuntasan, ada baiknya anda mempelajari kembali modul ini. Setelah itu jawablah kembali post test di atas.
Tetap semangat, ok!


Daftar Pustaka :

Kamis, November 13, 2008

Sepuluh Tanda Kemunduran Bangsa

Tema yang diambil mengenai ‘Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan Generasi Unggul’. Tema ini sengaja diambil karena ternyata berdasarkan penelitian selama 60 terakhir, sistem pendidikan lebih banyak menghasilkan generasi yang gagal dan bahkan cenderung bermasalah ketimbang yang unggul.

Banyak sekali tokoh yang diminta bicara menyampaikan pikiran, pandangan, juga hasil penelitian mereka. Dari semua pembicara, ada salah seorang yang pemaparannya begitu dahsyat, tajam, dan mengena, hingga mendapatkan simpati semua peserta konferensi.

Apa saja yang dipaparkan si pembicara itu? Mari kita simak pemaparannya. “Saudara-saudaraku tercinta sebangsa dan setanah air, saya sungguh prihatin melihat perkembangan generasi kita dari tahun ke tahun. Lebih dari 30 tahun saya melakukan pengamatan terhadap para pelajar dan para lulusan sekolah di tiap jenjang, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Ternyata, dari tahun ke tahun menunjukkan suatu peningkatan grafik jumlah anak-anak yang bermasalah ketimbang anak-anak yang berhasil."

“Salah satu yang membuat saya menangis adalah ketika saya mengunjungi beberapa Lembaga Pemasyarakatan yang ada di beberapa negara bagian, yang dulu pada tahun 60-an mayoritas dihuni orang-orang yang berusia antara 40-60-an. Namun apa yang terjadi pada 1990, penjara-penjara kita penuh diisi oleh anak remaja antara usia 14 s/d 25 tahun. Jumlah peningkatan yang drastis juga terjadi pada penjara anak dan remaja. Fenomena gerangan yang sedang terjadi di negara kita? Akan jadi apakah kelak negara ini jika kita semua tidak mengambil kepedulian dan merasa bertanggung jawab? “Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, dari pengaatan panjang yang saya lakukan, akhirnya saya mengetahui sumber dari semua masalah ini ada pada harmonisasi hubungan keluarga dan sistem pendidikan kita.”

“Sebagian besar anak-anak yang bermasalah, ternyata juga memiliki orang tua yang bermasalah atau keluarga yang berantakan. Yang memperparah ini semua adalah bahwa lembaga yang kita agung-agungkan selama ini, yang kita sebut sekolah, ternyata sama sekali tidak mampu menjadi jalan keluar bagi anak-anak yang mengalami permasalahan di rumah.”Sekolah yang mestinya bertanggung jawab pada pendidikan anak, ternyata sama sekali tidak melakukan proses pendidikan, melainkan hanya menjadi lembaga sertifikasi yang memaksa anak untuk mengikuti kurikulum yang kaku dan sudah ketinggalan zaman.

Guru-guru yang diharapkan menjadi pengganti orang tua yang bermasalah, ternyata tidak lebih baik daripada orang tua si anak yang bermasalah tadi. Guru-guru lebih suka memberikan pelajaran daripada mendidik dan melakukan pendekatan psikologis untuk bisa membantu memecahkan masalah anak-anak muridnya. Guru-guru juga lebih suka saling melempar tanggung jawab ketimbang merasa ikut bertanggung jawab terhadap anak yang katanya bermasalah.”

“Yang sungguh menyakitkan adalah ternyata pemerintah kita, hanya mementingkan masalah nilai, angka-angka, dan ujian-ujian tulis. Angka-angka inilah yang dijadikan tolok ukur keberhasilan sekolah. Pemerintah seolah menutup mata terhadap menurunnya perilaku moral, rusaknya budaya anakanak di sekolah, dan meningkatnya perilaku kekerasan di kalangan remaja.” “Ukuran keberhasilan pendidikan lebih diletakkan pada menjawab soal-soal ujian dn target perolehan nilai, yang seringkali hanya menambah masalah bagi anak-ank kita, bukan pada indikator moral dan pengembangan karakter anak.

Sehingga pada akhirnya, kita mendapati banyaknya anak yang mendapat nilai tinggi, namun bermoral rendah.” “Inilah yang saya pikir, yang menjadi biang keladi dari permasalahan meningkatnya jumlah anak-anak dan remajayng menjadi penghuni penjara di hampir seluruh negara bagian di negara kita.” “Saya melihat bahwa sesunguhnya, jauh lebih penting mengajarkan anak kita nilai kejujuran daripada nilai matematika, fisika, dan sejenisnya, yang pada umumnya telah membuat anak kita stres dan mulai membenci sekolahnya. Sungguh jauh lebih penting mengajarkan kepada mereka tentang nilai kerja sama dan tolong-menolong ketimbang persaingan merebut posisi juara di kelas.

Sekolah kita hanya mampu membuat tiga anak sebagai juara, ketimbang membuat mereka semua menjadi juara.” “Saya pikir sudah saatnya kita sadar akan hal ini semua. Saudara-saudaraku tercinta, berdasarkan penelitian yang saya lakukan, telah menunjukkan bahwa jauh lebih penting mengajari anak kita tentang moral, attitude, dan character building daripada hanya mementingkan nilai yang tinggi. Karena kehidupan lebih mengharapkan orang-orang yang bermoral dan berkarakter untuk membangun tatanan kehidupan yang jauh lebih baik. Orang-orang yang mencintai sesama, menolong sesama, dan menjaga kelestarian lingkungan tempat mereka hidup.” “Berdasarkan penelitian saya terhadap sejarah bangsabangsa yang mengalami kemunduran, saya telah menemukan ciri-ciri yang sangat jelas untuk bisa kita jadikan indikator dan petunjuk bagi kita apakah negara kita juga sedang menuju ke titik kemajuan atau justru kemunduran.’’ “Paling tidak, saya telah menemukan ada 10 tandatanda utama suatu bangsa yang akan mengalami kemunduran.

Sepuluh tanda kemunduran bangsa adalah sebagai berikut.

1. Meningkatnya perilaku kekerasan dan merusak dikalangan remaja dan pelajar
2. Penggunaan kata atau bahasa yang cenderung memburuk (seperti ejekan, makian, celaan, bahasa slank dll)
3. Pengaruh teman jauh lebih kuat dari pada orang tua dan guru.
4. Meningkatnya perilaku penyalah gunaan obat-obat telarang dan seks bebas di kalangan pelajar dan remaja.
5. Merosotnya perilaku moral dan meningkatnya egoisme pribadi/ mementingkan diri sendiri.
6. Menurunya rasa bangga, cinta bangsa dan tanah air (patriotisme) .
7. Rendahnya rasa hormat pada orang lain, orang tua dan guru.
8. Meningkatnya perilaku merusak kepentingan publik.
9. Ketidakjujuran terjadi dimana-mana
10. Berkembangnya rasa saling curiga, membenci dan memusuhi diantara sesama warga negara (kekerasan SARA)


“Saudara-saudaraku, apakah kita merasa semua tanda-tanda ini telah muncul di negara kita? Dengan fakta dan kenyataan yang ada, wahai Anda pengambil kebijakan di bidang pendidikan dan para guru dan orangtua, masihkah kita akan tetap mementingkan angka-angka sebagai indikator kesuksesan pendidikan ataukah logika dan nurani kita mampu berbicara dan mendobrak sistem pendidikan yang selama ini telah terbukti telah menghasilkan lebih banyak kegagalan bagi anak-anak tercinta.” “Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, jika kita tidak juga mau bertindak, saya tidak tahu berapa banyak lagi penjara yang harus kita bangun bagi anak-anak kita tercinta, yang semestinya ini semua bisa kita cegah dari sekarang.

Edy Wiyono (Penulis adalah Praktisi Multiple Intelligence & Holistic Learning)

Jumat, November 07, 2008

Guru MIPA Dinilai Kurang Kreatif

JAKARTA -- Presiden Direktur Klinik Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Ridwan Hasan Saputra menilai perkembangan ilmu sains, terutama di tingkat pendidikan dasar, sangat bergantung pada guru. "Selama ini ilmu sains cuma hafalan rumus, tanpa pernah dikaitkan dengan nalar," kata dia saat ditemui seusai jumpa pers Olimpiade Matematika dan IPA Internasional untuk Sekolah Dasar (IMSO) 2008 di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, kemarin.

Ridwan menjelaskan, kemampuan mengajar guru matematika di sekolah dasar sangat terbatas. Ia pernah menguji kemampuan 500 orang guru di 10 provinsi. Hasilnya, sekitar 50 persen guru mendapat nilai nol untuk sepuluh soal yang diberikan. Padahal, ia melanjutkan, soal yang diberikan sama sekali tidak sulit.

Ridwan mencontohkan, salah satu contoh soalnya seperti ini: "Jika 10 anak bermain petak umpet dan 3 di antaranya telah ditemukan, berapa anak yang belum ditemukan?" Hampir semua guru menjawab 7 anak. Padahal, kata Ridwan, jawaban yang benar adalah 6 anak, karena satu anak yang bertugas mencari anak lain juga merupakan pemain.
Ia menilai guru matematika dan sains di Indonesia tidak mau berpikir kreatif dan sangat bergantung pada buku teks pelajaran. Ia mengusulkan pemerintah memberikan hadiah untuk guru yang kreatif saja. Hadiah, kata dia, hanya pantas diberikan kepada guru yang berhak dan mau mengembangkan konsep mengajar dan keilmuan saja. "Jangan diobral, dan pemerintah harus berani jika tidak mau pendidikan jalan di tempat," ujarnya.

Untuk mengembangkan metode eksplorasi soal itulah, Panitia Olimpiade Matematika dan IPA Internasional untuk Sekolah Dasar (IMSO) 2008 untuk pertama kalinya akan menambahkan soal praktek matematika di olimpiade.

Olimpiade ini akan diikuti 152 peserta dari 10 negara. Antara lain dari Brunei Darussalam, Cina, Taipei, Hong Kong, Filipina, Malaysia, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Indonesia. Tuan rumah Indonesia mengirimkan 42 peserta yang terbagi menjadi 21 orang untuk olimpiade matematika dan 21 lainnya untuk olimpiade sains. Olimpiade akan dilaksanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Pada kontes yang sama tahun 2007, Indonesia mendapat 6 emas, 8 perak, dan 12 perunggu. “Tahun ini ditargetkan meraih 10 emas,” ujar Elvira, Koordinator Olimpiade Matematika dan IPA Internasional untuk Sekolah Dasar 2008.

sumber :http://www.korantempo.com

Senin, November 03, 2008

ANALISIS EKONOMI: Menyikapi Gejolak Rupiah

Selama lebih dari dua tahun tiga bulan (15/6/2006 hingga 5/10/2008), kurs rupiah tergolong sangat stabil di kisaran Rp 9.000-Rp 9.500. Pada periode tersebut, rupiah tak pernah menyentuh di bawah Rp 9.500 per dollar AS. Justru sebaliknya, tercatat selama 27 hari menguat, menembus Rp 9.000 per dollar AS dengan level tertinggi Rp 8.672 pada 23 Mei 2007.

Pergerakan rupiah selama kurun waktu tersebut agak berbeda dengan kebanyakan mata uang dunia. Tatkala sejumlah mata uang dunia mengalami penguatan terhadap dollar AS, nilai rupiah tak bergerak. Demikian pula ketika terjadi proses pembalikan, nilai rupiah tak ikut terseret turun. Kecenderungan demikian berlangsung hingga awal Oktober 2008.

Nilai tukar rupiah mulai lunglai sejak 6 Oktober—mengikuti kecenderungan global—hingga mencapai titik terendah Rp 11.743 per dollar AS pada 28 Oktober 2008. Minggu lalu kurs tengah Bank Indonesia ditutup pada level Rp 10.995 per dollar AS. Boleh dikatakan, penyebab utama dari depresiasi rupiah dalam sebulan terakhir adalah imbas dari krisis finansial global.

Sepintas, fenomena penguatan dollar AS terhadap hampir semua mata uang dunia bagaikan anomali. Bagaimana mungkin suatu negara yang sedang didera krisis parah dan sangat haus dana untuk menalangi dan menyelamatkan korporasi-korporasi besar justru mata uangnya menguat. Penguatan dollar AS begitu tiba-tiba. Padahal, tiga bulan lalu nilai tukar dollar AS masih menunjukkan kecenderungan melemah.

Bukankah perekonomian AS masih menghadapi defisit struktural: konsumsi melebihi produksi, impor lebih besar dari ekspor, dan belanja pemerintah federal melampaui penerimaan pajak. Semua ini harus ditutup dengan utang, termasuk menyedot dana luar negeri, sehingga seharusnya dollar AS melemah.

Namun, dunia sedang bergejolak. Krisis finansial di AS merambah seperti spiral, tak sebatas hanya menjerat negara-negara yang terjalin erat dengan sektor keuangan AS, tetapi sudah merasuki seantero jagat.

Oleh karena itu, sebetulnya penguatan dollar AS bukan disebabkan karena orang menginginkan mata uang negara adidaya ini, melainkan karena mereka menginginkan alternatifnya lebih sedikit (David Hale, Time. 25/10/2008, halaman 21). Karena itulah harga emas dan komoditas lain pun ikut merosot.

Diversifikasi dana

Sekalipun kita belum tahu berapa lama lagi krisis yang membuat likuiditas dunia mengering, kita yakin bahwa uang memiliki logika dasar yang tak berubah, yakni tak akan menyemut di satu tempat. Investor akan selalu mendiversifikasikan dananya untuk mengurangi risiko. Lambat laun, dana akan kembali mengalir ke berbagai penjuru dunia. Kala itu, persaingan untuk menarik dana akan kembali marak.

Kita tak boleh berpangku tangan, sekadar menunggu sampai masa itu datang. Masih banyak yang bisa kita perbuat untuk meminimalkan dampak negatif krisis finansial global.

Tantangan terbesar adalah memperkokoh keseimbangan eksternal. Kita patut bersyukur bahwa sejak krisis tahun 1998 transaksi berjalan tahunan selalu surplus, walau secara triwulanan sempat tiga kali defisit.

Surplus transaksi berjalan merupakan modal sangat berharga dalam menghadapi kekeringan likuiditas dunia karena ketergantungan pada arus modal masuk berkurang. Selama 1998 hingga 2003, defisit arus modal bisa sepenuhnya ditutup oleh surplus transaksi berjalan sehingga cadangan devisa praktis terus-menerus mengalami peningkatan. Dengan demikian, nilai tukar rupiah tetap terjaga.

Kita harus waspada menghadapi kecenderungan surplus transaksi berjalan yang melorot belakangan ini. Selama 2006 dan 2007 surplus transaksi berjalan masih di atas 10 miliar dollar AS, tetapi pada semester pertama 2008 tercatat baru 851 juta dollar AS. Itu pun dengan catatan: pada triwulan kedua sudah mengalami defisit.

Sejauh ini kita masih bisa berharap, kalaupun terjadi defisit, jumlahnya relatif kecil. Ekspor mungkin akan melemah, tetapi impor pun akan turun, terutama impor produk minyak.

Sepanjang penerimaan devisa dari TKI di luar negeri dan sektor pariwisata bisa diamankan, defisit transaksi berjalan yang besar dapat dihindarkan.

Tantangan kedua, terutama untuk jangka menengah, adalah memperbaiki struktur arus modal masuk. Depresiasi rupiah dalam sebulan terakhir, antara lain, juga karena faktor ketergantungan yang meningkat terhadap investasi asing jangka pendek dalam bentuk portofolio. Selama semester I-2008, arus modal masuk bersih untuk portofolio mencapai lebih dari tiga kali lipat penanaman modal asing langsung berjangka panjang. Adalah arus modal masuk dalam bentuk portofolio yang deras inilah yang kemudian keluar kembali dalam seketika sehingga rupiah lunglai.

Tantangan ketiga adalah meredam faktor psikologis. Masyarakat belum sepenuhnya terbebas dari trauma krisis 1998. Sebagian dari mereka khawatir pergerakan rupiah bakal tak terkendali, padahal kondisi masa itu tak lagi terulang sekarang. Utang luar negeri jangka pendek dewasa ini hanya 34 persen dari cadangan devisa, jauh lebih rendah daripada tahun 1998 yang mencapai hampir 200 persen.

Yang juga bisa meredam dampak psikologis adalah langkah- langkah pemerintah dan BI untuk memperlancar lalu lintas pembayaran luar negeri. Jangan sampai para pengusaha memburu dollar AS karena perbankan teramat memperketat persyaratan pembayaran. Misalnya, dewasa ini beberapa bank menetapkan ketentuan pembayaran 100 persen di muka untuk pembukaan letter of credit (L/C) bagi importir. Padahal, selama ini cukup sekitar 20 persen saja.

Akhirnya, kita tak perlu terpaku pada ”angka keramat” Rp 10.000 per dollar AS. Sesekali rupiah boleh menembus Rp 10.000. Asalkan volatilitas pergerakan rupiah terjaga dan fundamental penopang rupiah tetap sehat, rasanya kita tak perlu waswas rupiah bakal terjungkal.

sumber : Faisal Basri
Kompas, Senin, 3 November 2008 | Hal. 1 dan 15 (http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/03/00204540/menyikapi.gejolak.rupiah)

waktu itu pedang