Senin, April 28, 2008

Striptease Dancer

Strip-tease dancer sells the body beauty, dance at balcony or at grand stand consoles and satisfy eye ” sinner” . usually served in bighttime, in the shining evening, escorted music that boom out escort body dance tempts, sometimes complete dress but minimum, or even without a lef of thread even also at the body.

Strip-tease dancer, obvious bot merely woman as tempter, but there also man. depending which communities that gather, sometimes only mans with girl dancer, and guy dancer with communities girls, or guy dancer with class communities gay and on the contrary. passionate once. . . .

Strip-tease dancer with club special, here you are more passionate! ! ! ! !

Dancer that display body beauty and woman good section or man very tempt, make blood swishes to hold back lust, even less at luxurious club. falvour aroma increase bright, increase lost in as in nirvana. . . . . . .

While turned that beauty there rotten aroma at disperse although losts to because eye, nose and especially heart has been closed oelh fragrant sin. . . . .

Now, that also that being showed by” strip-tease dancer” : member dpr that drunk. With take shelter at the opposite of law, they try to close all rot with luxurious cars bersliweran, with winsome strong costume, and have office at Senayan. while some of they are very rotten, say to defend people, defend oppressed ones, defend nation child, lift nation level. . . . . .

Again, rotten! ! ! !

I don’t know dirty game even less that they (strip-tease dancers) will show for us. corruption nest that protected UU, KPK opposed, even less people certain it cheated twice raw. . . . .

Let us watch strip-tease dancer Senayan, rotten in the end be seen also! ! !

Jumat, April 25, 2008

Ujian Nasional : Persoalan Dilematis

Hari-hari ini jagad pendidikan sedang terfokus pada ujian nasional untuk tingkat SMA/SMK. Mulai tingkat mentri hingga guru dan orang tua, ditambah dengan tim pemantau independen terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan dan mengawasi Ujian Nasional. Gonjang-ganjing dan perdebatan perlunya Ujian Nasional, sampai hari ini pun belum tuntas. Teapi, pemerintah sebagai pemegang kebijakan memandang masih sangat perlu dilaksnakan Ujian Nasional sebagai sebuah standar mutu pendidikan di Indonesia.

Kita tidak perlu lagi mempermasalahkannya. Sebab hari ini Ujian Nasional telah berlangsung aman secara umum. Persoalan yang mengemuka saat pelaksanaan Ujian Nasional saat ini bukan lagi penting atau tidaknya UN, melainkan bagaimana peserta didik, guru, orang tua dan pemerintah menyikapinya dalam prosesnya.

Saat menjelang dan proses pelaksanaan UN,biasanya anak didik bahkan mungkin orangtuanya berlomba mencari bocoran jawaban. Sebuah fenomena yang memprihatinkan. Maka tak heran bagi orang tua siswa yang berkantong tebal, akan berusaha membeli bocoran tak perduli berapapun harganya asalkan anaknya lulus. Sementara fenomena yang lebih parah adalah oknum guru, kepala sekolah yang terlibat langsung dalam proses pendidikan memberikan contoh yang buruk. Ada beberapa sekolah yang dengan segala upayanya memberikan jawaban langsung, dengan berbagai cara pula ; memberikan jawaban kepada murid di wc, memanggil anak dengan alasan tertentulah, atau menginstruksikan agar anak datang lebih awal untuk diberikan "pengarahan". Dipihak pengambil kebijakan bisa jadi memberikan konversi nilai, akan mempermalukan jika dalam tahun ini misalnya ratusan atau ribuan anak tidak lulus UN.

Lingkaran setan yang menggenaskan bukan. Kemana bersembunyinya nurani kalau demikian.
Tahun lalu di Medan, guru yang melaporkan terjadinya kebocoran malah diintimidasi. Kejujuran memang terkadang pahit resikonya. Hanya orang-orang yang berjiwa kerdillah yang takut menikmati kepahitan rasa kejujuran. Maka, wajarlah kalau fenomena yang mengenaskan seperti di atas berbuah pada mental bangsa kita yang ambruk, korupsi kejahatan kemanusiaan, manipulasi kekuasaan karena jantungnya bangsa ini : Pendidikan sudah terkontaminasi oleh prinsip yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan instan!!!!

Akhirnya, bukan berarti dari sekian ratus juta penduduk Indonesia semua seperti itu. Saya yakin masih ada anak bangsa ini yang menjaga nuraninya, tidak menjual hatinya untuk kepentingan sesaat : lulus UN dengan segala cara. Masih banyak yang elegan meski tidak sedikit yang berlaku curang.

waktu itu pedang