Senin, Maret 24, 2008

Kecerdasan Qur'ani

Mungkinkah setiap orang dapat menumbuhkan kecerdasan Qur’an (Qur’anic Quotient)? Jawabannya : pasti MUNGKIN la yaaa!

quran5xj1eu4.jpg

Lalu apa sih kecerdasan qur’ani itu? Bagi setiap orang yang memproklamirkan dirinya sebagai seorang mu’min, haruslah sadar sepenuh hati, bahwa inilah kecerdasan yang menyeluruh, terpadu, terintegrasi secara sempurna. Karenanya Allah memberikan “titipan” ini kepada kita melalui seorang manusia yang ummi, yakni Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW. So, apa dong defenisinya? Anda bisa menyimpulkannya sendiri setelah merenungi tujuh prinsip di bawah ini.

Prinsip pertama, mengawali segala aktifitas dengan basmallah.

“Sesungguhnya hasil yang dicapai seseorang tergantung pada niatnya” (HR : Imam Bukhari).

Prinsip kedua, menerima diri apa adanya

Salah satu ciri Ulil Albab dan Qur’anic Quotient adalah beriman sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Maka dalam melihat diri harus dengan kaca mata iman. Kita harus bersyukur terhadap nikmat yang Allah berikan, yaitu apa saja yang sesuai dengan yang kita inginkan. Sebaliknya, kita harus bersabar atas setiap musibah yang menimpa, yaitu apa saja yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Prinsip ketiga, Memberikan yang terbaik.

Jika kita diberikan oleh seseorang, maka balaslah dengan sesuatu yang nilainya lebih baik dan tinggi dari yang diberikan oleh orang tersebut. Namun perlu diingat, jangan pernah merasa puas karena menganggap telah memberikan yang terbaik.

Prinsip keempat, lihatlah impian

Barang siapa akhirat menjadi impiannya Allah akan menjadikan kekayaan dan rasa cukup dalam hatinya, mengumpulkan yang tercerai berai darinya dan dunia mendatanginya dalam keadaan hina. dan barang siapa dunia menjadi impiannya, Allah akan menjadikan kefakiran dihadapannya, menceraiberaikan urusannya dan dunia tidak datang kepadanya, kecuali yang telah disempitkan keapadanya.

Prinsip kelima, temukan potensi dan peluang diri

“Mu’min yang kuat, lebih baik dan lebih Allah cintai dari pada mu’min yang lemah. Walaupun keduanya tetap memiliki potensi.Seriuslah terhadap sesuatu yang bermanfaat bagimu dan minta bantuan kepada Allah, serta jangan bersikap lemah.

Prinsip keenam, Rumuskan cara meraih impian

Iman itu bukan sekedar angan-angan kosong, bukan buah bibir, tapi tertancap dalam hati dan dibuktikan dengan tindakan (HR : Ad-Dailami) Rasulullah dengan sungguh-sungguh menegaskan kepada kita, bahwa sebuah impian harus ada tindakan nyata untuk meraihnya.

Prinsip ketujuh, Belajarlah dari pengalaman

Bukanlah orang yang cerdas, kecuali ia pernah tergelincir tetapi cukup sekali pada lubang tersebut jangan sampai dua kali bahkan lebih, bodoh namanya. Bukan pula orang yang bijak, kecuali berpengalaman. Begitulah pesan Nabi Muhammad SAW (HR : Imam Tirmidzi) Ini adalah isyarat dari nabi bahwa kita harus berani mencoba meskipun bisa jadi pada akhirnya itu sebuah kesalahan dalam mengarungi kehidupan ini.

(disarikan secara bebas dari Qur’anic Quotien: menggali dan melejitkan diri melalui al-qur’an: Udo Yamin Efendi Majdi)

Rabu, Maret 19, 2008

eBiZ Game

Hari ini anak-anak altilery ngikutin eBiz Game yang diadakan disekolah oleh PPM Management School. Asyik mungkin bargi anak-anak, karena kali pertama ngikutin lomba inteaktif disekolah dan kelihatannya sih enjoy. Mas Kemal dari PPM yang mandu lombanya. Buatku in sharing yang bagus, jadi bisa tambah informasi.

Mas Kemal dari PPM dan Mr. Sriyono dari SMA 74

Lumayan pesertanya banyak, dibagi dua gelombang. Quiznya sih bagaimana mengelola pendanaan lewat investasi yang tepat. Belajar mengelola perusahaan lewat game seperti ini kan belum pernah, jadi sangat bermanfaat buat anak didik.

Peserta lomba e-Biz Game, mix : IPS dan IPA kelas XI

Nah, setelah berjalan kurang lebih 1 jam setengah, pemenangnya adalah NAY, singkatan dari Nurul Azizi dan Yasawi dengan nilai 60 yang mendapatkan keuntungan 1,2 milyar. Selamat dan semoga bisa bersaing dengan 25 sekolah lainnya.


NAY, The Winner......

Selasa, Maret 04, 2008

Dicari : Sekolah Islam Murah Berkualitas!

Sebagai bangsa, kita patut bersyukur hingga detik ini diberi anugrah kedamaian. dibanding dengan kawasan Timur Tengah, apalagi belahan Afrika. Kedamaian tersebut mestinya sangat kondusif bagi bangsa ini untuk mengembangkan nilai-nilai luhur secara leluasa. Nilai-nilai luhur dimaksud akan sangat mungkin mendukung kemajuan dan kemajemukan Indonesia yang diharapkan.

Kalau kita bisa kilas balik sejenak, kita akan melihat dengan penuh kekaguman. Bahwa Indonesia pernah menjadi salah satu bangsa yang dihormati karena keluasan dan kekayaan khazanah keilmuannya. Tidak sedikit dari anak bangsa ini yang diakui keilmuan dan kepribadiannya, Imam Nawawi Al bantani, KH. Wahid Hasyim, KH. Ahmad Dahlan, Mohammad Hatta, Soekarno, Tan Malaka, Buya Hamka, Syafrudin Prawiranegara, Mohammad Husni Thamrin, dan masih banyak lagi. Hampir bisa dipastikan peran mereka dalam perjalanan bangsa ini. Pendidikan yang mereka peroleh bisa jadi tidak hanya dari bangku sekolah, namun juga tidak menafikan arti pentingnya latar belakang akademis. Mereka yang sebagian besar muslim, tentunya sangat membanggakan bagi kita, komunitas muslim Indonesia. Tidak diragukan lagi peran ummat islam dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga saat ini.

Kini, Indonesia jauh tertinggal dengan negara Jiran, Malaysia dan Singapore. Apa yang salah dengan bangsa ini? Pendidikan kita semakin menjadi komoditas bisnis, apalagi dengan telah dibukanya kebebasan bagi negara lain untuk membuka instutsi pendidikannya di Indonesia. Bahwa pendidikan membutuhkan biaya, kita tidak menampik hal tersebut. Tetapi pendidikan menjadi komoditas bisnis, inilah masalahnya. hal ini juga yang sedang melanda pendidikan di dunia islam. Menjamurnya sekolah-sekolah dengan embel-embel terpadu, makin membuat biaya pendidikan membengkak. Seolah dengan tambahan kata terpadau sekolah tersebut sudah menjamin kualitas siswanya. Padahal? Sebuah fenomena yang memiriskan hati. Sebagian besar bangsa ini muslim, sebagian besar bangsa ini yang jelata adalah muslim yang secara ekonomi tidak akan mampu membiayai pendidikan pada sekolah-sekolah berlabel terpadu atau sekolah model, sekolah unggulan atau apalah namanya. Karena kita sama-sama tahu, sekolah-sekolah tersebut jor-joran mengiklankan diri dengan fasilitas serba baik, metode pengajaran serba bagus, lulusan serba unggul, pengajar serba berkualitas dan profesional, kurikulum hasil kawin dengan sekolah-sekolah luar negeri yang diakui secara internasional. Sebagai akibatnya, sekoalh-sekolah tersebut menuntut biaya yang "memadai" untuk operasionalnya. Dengan kata lain, sekolah berbiaya tinggi dan hanya orang-orang berkantong tebal yang bisa menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah tersebut.

Memang tidak semua sekolah Islam berkualitas berbiaya tinggi, namun mungkin bisa dihitung dengan sepuluh jari. Smart Eklensia, milik Dompet Dhuafa di Parung, SMP dan SMK Utama milik PLN di Gandul Cinere sebagian kecil sekolah cuma-cuma berkualitas dan terpercaya. Sebagian besar sekolah Islam berlabel terpadu, berkurikulum internasional atau berlisensi serba mahal. Di samping itu, dua sekolah gratis di atas diperuntukkan bagi siswa dhuafa tapi pandai. Bagaimana dengan anak-anak biasa saja? Sekolah pemerintah ? Dengan kondisi saat ini, rasanya tidak mungkin membina siswa yang biasa-biasa saja, gratis sekalipun. Perbandingan guru dengan siswa yang jomplang, tidak sebanding. Satu kelas ditangani satu guru dengan jumlah sekitar 40-an siswa. Gratis? perlu dipertanyakan juga kalau SD dan SMP milik pemerintah gratis, faktanya buku dan biaya tambahan lainnya tetap dipungut.

Lantas dimanakah sekolah Islam murah berkualitas? Adakah kesempatan untuk anak-anak muslim yang secara ekonomis orangtuanya termasuk golongan tidak mampu, anaknya biasa-biasa saja untuk menimati sekolah murah bahkan gratis dan berkualitas?

waktu itu pedang